kejadian 2 hari lalu bikin gue sedih banget.
apalagi ngeliat muka anakku itu..huaa...rasanya hati kayak tercabik-cabik dan sakit banget deh.
Jadi Sabtu kemarin, tanggal 5 Maret 2011 anakku pergi bersama kakak-kakaknya dan oma opanya.
Gue dan suami nyusul karna ada urusan yang lainnya. Nah saat mau pulang Si Opa yang notabene mertuaku menyarankan (sedikit memaksa) kalau aku dan aley pulang naik mobil Om nya Aley yang merupakan kakak iparku.
Nah aku sebenarnya sudah sangat ingin menolak. Walaupun alasan mertuaku itu sedikit benar (yaitu : Saat itu malam hari jam 11 dan berangin....). Tapi toh, seringkali kejadiannya seperti itu kan? Dan toh memang kendaraan yang aku punya yah hanya motor (untuk saat ini)..
Tapi karena sang suami manut ajah (Padahal aku sudah menyatakan alasan-alasan ketidak setujuan ku tentang rencana Bapak Mertua)...aku gak bisa berkata apa-apa. Bagaimanapun juga aku mengakui kalau aku bukan pembicara yang baik, karena seringkali banyak orang tidak mengerti apa yang aku bicarakan bahkan akhirnya malah jadi selisih paham yang ujung-ujungnya menyakiti hati diri sendiri ataupun orang lain.
So singkatnya aku akhirnya menurut walaupun dengan sedikit rasa gak rela. Selain memang menyusahkan sang Kakak Ipar (karena walau melewati komplek rumahku, tetap aja mesti sedikit memutar kalau harus mengantar sampai rumah), aku juga cukup yakin pasti akan lebih susah untuk Aley melepas kepergian kakak-kakak sepupunya kalau sudah dirumah. Akan lebih mudah kalau pisahnya di mall, karena masih banyak yang dilihat dan banyak hal yang bisa mengalihkan pikirannya.
Nah betul saja. Sesampainya di rumah, Aley awalnya tidak mau turun dari mobil. Tapi itu adalahmasalah kecil. karena semua turun dari mobil, tentunya sangat mudah membuatnya akhirnya mau turun.
Tetapi saat inilah dimulai hal-hal yang aku takutkan sejak aku "dipaksa" nebeng pulang.
Saat itu, Bapak mertuaku, mengatur rencana..seperti ini ceritanya:
Nanti, pada saat mereka mau pulang (Oma, Opa, Om, Tante dan kedua kakak sepupu) mau pulang. Gue harus membawa Aley masuk. Ajak apa dulu kek. begitu katanya (disini permintaannya belum membuatku sedih)
Tetapi saat kakak-kakak sepupunya sudah bersih-bersih dan memakai piama...
Sang Opa berkata pada Aley.."Aley bersih-bersih dulu gih, kakak-kakakmu kan sudah, nanti main lagi setelah itu."
NAH LOH?
Tapi aku masih belum terlalu sadar apa yang akan terjadi.
Sadar-sadarnya adalah saat Aley selesai bersih-bersin (mandi dll) sudah ganti baju ia, anakku yang baik dan lucu itu keluar dengan tergesa-gesa.
Sampainya di depan Aley kaget dan secara lambat tapi pasti mukanya menunjukkan kekecewaan. Lalu aley berkata, "Kemana semuanya?Aley mau main"
Aduuuhhh...ngenesnya saat itu, aku sampai tidak berani memandang wajah polos anakku itu. Aku selalu mengajarkan Aley untuk tidak berbohong, kalau berjanji berusaha ditepati. Tapi kali ini Aley belajar berbohong karna DIBOHONGI....
Rasa-rasanya saat itu aku langsung ingin nangis dan marah, akan kebodohanku yang sadar terlambat dan ketidak beranianku untuk bilang TIDAK dari awal dan tindakan suami yang iya-iya aja tanpa berpikir kedepannya.
Bahkan sampai sekarang kalau mengingat kejadian itu, dadaku rasanya seperti tertimpa benda berat yang membuat ku sulit bernapas. Bahkan aku menangis saat menulis tulisan ini.
Bayangkan...seorang Batita, demi supaya dia tidak menangis saat melihat kakak-kakaknya pulang dibohongi.
Lebih baik melihat Aley meraung-raung menangis saat gak rela melihat kakak-kakaknya pulang dibanding melihat wajahnya saat keluar dari rumah ke halaman berharap masih ada kakak-kakaknya agar bisa bermain bersama.
Sayangnya...Oleh suamiku aku selalu berada dipihak yang Omongannya dianggap angin lalu seakan semua saran dariku itu semua salah, tidak bisa dipercaya, dianggap bodoh, dianggap tidak bisa apa-apa dan bego sekali....
Baru deh ketika udah kejadian tersadar..oh iya yah...bah,...udah telat kali...!!
No comments:
Post a Comment