Cinta Tai Kucing

Illustration
Tidak bermaksud untuk posting yang berat-berat…tapi dalam beberapa bulan ini hal itu selalu membuat saya gatal untuk berkomentar.

Buku populer diantara kalangan ‘gila’ buku seperti saya, ‘Cinta? Tai Kucing!’ kembali muncul dalam ingatan. Buku ini entah bagaimana terekam dengan sangat kuat di ingatan saya ketika saya masih berusia 20 an awal, padahal saya tidak pernah bisa menemukan buku ini dan bahkan belum pernah membacanya ^^.
Tetapi dari judulnya saja, buku itu telah membuat saya jatuh hati…

Kok bisa? Hehehe…karena saat saya 20an, saya berteman dengan teman-teman berbagai umur, dan rata-rata dari mereka masih mengagungkan cinta hingga hampir buta…hmmm seperti kerbau yang hidungnya ditarik atau seperti orang idiot yang tidak bisa berpikir.

Nah begitu saya menginjak usia 25an, saya melupakan buku itu, yah karena walaupun banyak orang-orang di sekitar saya (terutama mereka yang berusia lebih muda dari saya) masih suka galau karena apa yang mereka sebut ‘cinta’, setidaknya mereka masih punya otak…tidak seperti orang bodoh yang manut aja ngikutin apa kata pasangannya.
Ini nih bukunya
Tetapi sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu…sekitar 4 bulan lalu, saya kembali teringat buku ini.
Kalau teringat nya hanya karena flash back sih gak apa-apa..sayangnya saya tiba2 teringat buku ini karena saya kembali menemukan seorang wanita bodoh yang mau diperbudak cinta. Tidaaakkkk.

Demi orang yang keliatan banget nge-gunain dia, c wanita ini sampai ribut2 sama keluarganya, berbuat apa aja demi si lelaki tersebut bahkan menghabiskan banyak uang untuknya. Bukan itu saja…yang paling parah adalah pola pikirnya yang juga ikut berubah.

Dari seorang wanita yang berkepribadian kuat menjadi seorang wanita yang berkepribadian lemah. Dia tahu banget kalau beberapa yang disarankan kepadanya itu salah, tapi si lelaki tersebut selalu berhasil membelokkan pikirannya. Seperti anak ABG yang baru jatuh cinta, tai kucing pun rasanya enak banget…Zzzzz. Demi si lelaki yang juga sudah beristri dan mempunyai anak ini, dia rela menghabiskan waktu dan uangnya untuk si lelaki ini.

Wanita bertipe karir ini bisa-bisanya menyiapkan keperluan si lelaki tersebut, dari mulai makanan hingga pakaian. Sedangkan kalau dirumah, walau ia yang mengatur segala sesuatunya, tetap bukan ia yang turun tangan sendiri, secara ia adalah seorang wanita karir.

Dari berbagai hal yang dieritakan si wanita dan si suami, saya menemukan berbagai gap yang dihilangkan oleh si wanita tersebut saat bercerita ke saya. Mengapa? Entahlah, tapi yang terpikirkan oleh saya adalah karena, sedikit di dalam hatinya ia merasa salah, dan ia tahu kalau saya bukanlah orang yang bisa menerima budaya seperti itu.

Si wanita ini, setiap kali bicara mengenai si lelaki, ia selalu membanggakan, entah apapun yang dilakukannya. Padahal kalau orang normal (baca : tidak memiliki perasaan cinta or kagum) melihat…si lelaki itu seperti lelaki biasanya, normal tanpa kelebihan yang seperti dibanggakan si wanita tersebut. Si lelaki itu keliatan beda karena si lelaki ini tumbuh besar di luar negeri dan berbudaya barat. Tetapi untuk saya..lelaki itu cuma pintar bicara, modal bacot dan pintar nyari kelemahan orang tapi no action, serta satu hal lagi…CULAS, karena ia dengan lihainya bisa menggunakan ornag-orang sekitarnya
Semoga si wanita terebut kembali ke jalan yang benar L

No comments:

Post a Comment