Mari membicarakan mereka yang ngakunya sih sekolah tinggi
tapi ternyata tingkah lakunya tidak mencerminkan sama sekali.
Fakta #1
Tetangga yang suka ‘nyolong’!!!!
Saya selalu mengajarkan ke Aley, jika ingin meminjam barang
yang bukan miliknya itu harus bilang terlebih dahulu. Kalau tidak ada orangnya,
berarti harus menunggu si orang tersebut dan jika diberi ijin baru boleh pinjam…kalau
tidak artinya mencuri.
Nah yang merepotkan adalah kalau tetangga-tetangga saya (FYI
saya tinggal di sebuah perumahan menengah ke atas loh) selalu saja sembarangan
mengambil mangga yang berbuah di pohon yang ada di depan rumah saya.
Mereka bilang sih, tapi setelah ngambil dan terlihat..kalau
tidak yah tidak bilang. Walaupun saya memang tidak suka dengan mangga nya (tuh
mangga tidak pernah manis walaupun matang sekalipun), tapi apa salahnya
basa-basi minta.
Makin sebel aja setelah mereka menarik kesimpulan, tanah
yang menjadi milik saya adalah tanah hingga batas depan halaman dan garasi,
setelahnya adalah milik property. Jadi walaupun si pohon mangga itu ada di
depan rumah saya, karena si pohon itu tumbuh di taman trotoar setelah batas
depan garasi & halaman saya, maka pohon itu milik property, jadi boleh donk
diambil tanpa bilang! ZZzzzzzz
Padahal pohon itu, walo ditempatin di situ, tuh pohon dibeli
sama orang yang punya rumah saya sebelumnya. Jadi intinya, karena saya sudah
membeli rumah yang saya tempati ini, berarti pohon itu juga sudah saya beli
donk. (Maksudnya orang tua, rumah yang saya tempati kebetulan milik orang tua kami)
Makin ribetnya adalah saat Aley bertanya, “Mi, kok tetangga
ambil mangga gak bilang-bilang. Itu kan nyolong yah…” Nah anak yang baru TK aja
ngerti, kok yang tua-tua malah lebih bodoh sih?
Fakta #2
Mereka yang terpelajar belum tentu bisa membaca, kalaupun
bisa, mereka tidak bisa mengartikannya.
Ini sering saya jumpai sih, terutama di Mall dan di tempat wisata.
Di mall yang menjual mainan anak-anak kan biasanya ada
mobil-mobilan yang bisa dinaiki yang dipajang bukan, tetapi biasanya ada karon
cukup besar yang ditulis DILARANG MEMAINKAN/NAIK, tapi mengapa mereka masih
saja tidak peduli dengan larangan tersebut, hmm saya sih menyimpulkan kalau
mereka tidak mengerti artinya, atau dengan nama lain bodoh!
Untungnya Aley masih bisa dibilangin, jadi walaupun si
anak-anak yang orangtuanya bodoh-bodoh itu bermain dengan mobil-mobilan
tersebut padahal ada tulisan larangan, Aley tidak memaksa untuk ikut-ikutan.
Beda kasus kalau mereka memperbolehkan si anak main karena
memang mau mencoba sebelum membeli. Terkadang mereka hanya malas menghadapi
rengekan si anak makanya membiarkan si anak bermain di tempat yang tidak
seharusnya…Zzzzz
Begitu juga di tempat wisata. Kebetulan tempat wisata ini
Ragunan. Jelas-jelas dituliskan “Dilarang member atau melemparkan makanan atau
barang apapun ke dalam kandang”, tetapi tetap saja, entah itu permen untuk member
makan si binatang hingga plastik sampah demi ingin melihat si binatang
bergerak.
Kok gak kasihan yah…coba deh kalau dibalik, jika si manusia
yang dikandang trus dilemparin sampah mau gak? Atau diberi makanan ikan? Walau bagi
manusia makanan itu enak, belum tentu hal itu juga sama bagi si binatang kan?
Fakta #3
Mereka yang terpelajar tidak bisa mematuhi peraturan
Seperti judulnya, mereka ngakunya sih sekolah atau kuliah
atau terpelajar, tetapi antri saja tidak bisa. Serobot sana sini. Bukan hanya
saat mengantri membayar sesuatu, tetapi bahkan di jalan raya.
Nyetirnya sih mobil kelas, yang harganya ratusan juta hingga
milyaran, tetapi rambu-rambu lalu lintas, dan bahkan jalur orang diambil
seenaknya. Buat apa punya mobil mahal kalo buta rambu?
Ditambah mereka seertinya tidak pernah tahu apa arti lampu
sign, karena mau belok kemanapun mereka seringkali lupa menyalakan. Giliran buru-buru,
lampu dim selalu dimainkan, kalo gak mempan klakson deh kenceng-kenceng, padahal
kendaraan di depannya mungkin memang sedang tidak bisa member jalan karena
memang jalanan padat atau kecil atau rusak. Tapi mereka si empunya mobil mahal
itu sepertinya tidak tahu arti mengantri.
Motor juga sama…tidak peduli dimanapun saya sering melihat
si pengemudi menulis SMS di atas motor sambil jalan…buset dah. Belon lagi saat
mereka ingin ke jalur sebelah, tanpa ada aba-aba, langsung potong, giliran
kenapa-napa yang disalahkan si kendaraan yang menabrak. Hadeh..apa jadinya
negara ini L
Fakta #4
Mereka yang terpelajar tidak tahu arti tong sampah
Ini juga menakjubkan sih. Apa sih salahnya berjalan sedikit
demi membuat sampah pada tempatnya.
Dari ornag kaya yang pelayannya lebih dari satu hingga yang
tidak pun sama saja. Terbiasa malas dan dilayani, jadinya untuk buang sampah
pun selalu sembarangan, karena mereka berpikir toh ada yang buangin.
Kalah donk dengan Aley, yang selalu mencari tong sampah jika
ingin membuat sampah. Bahkan jika belum nemu, ia akan terus memegang plastik
atau gelas bekas makanan/minumannya hingga ketemu tong sampah loh.
Yang semakin menyebalkan adalah, mereka selalu menyalahkan
orang jika banjir. Lah wong mereka-mereka juga yang nyampah, kok bisa-bisanya
nyalahin orang.
Ngomongin buang sampah sembarangan, suatu ketika di tempat parkir
saya melihat sebuah mobil berhenti tanpa mematikan mesin untuk makan nasi
bungkus (mobilnya cukup mewah). Yang bikin kaget, setelah selesai makan, mereka
membuatnya melalui jendela, yang notabene adalah tempat parkir. Padahal, tidak
jauh dari tempatnya (jika dia mau keluar dari mobilnya) ada sebuah tempat
sampah besar. Tetapi ternyata dia tetap memilih buang sampah sembarangan kan? Kenapa?
Karena berpikir, toh nanti ada yang nyapuin….Zzzzzz
IIhhh baner banget tuh.. Suka males banget liat ada mobil mewah buka kaca di jalan terus beeerrr buang sampah sembarangan..
ReplyDeleteTerus ya paling bikin naik darah kalo ada orang ga mau ngantri.. huhuhu pengen tak unyel2.. wakakka
Betul tuh bunda...nyebelin yah...
DeleteKayak gak pernah sekolah ajah...:(